Cara Penomoran Subbab Karya Ilmiah
Untuk menomori subbab dalam sebuah karya ilmiah (khususnya skripsi) ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Bukan tanpa dasar kalimat tersebut saya tulis di sini. Dari sekian banyak tulisan ilmiah mahasiswa yang sempat saya baca, banyak yang mekanisme penomorannya seakan acak, tanpa dasar, tanpa mengacu pada kaidah tertentu. Oleh karena itu, perlu kiranya kita bahas di sini, betul? :mrgreen:
Ok, silakan dilanjut membacanya...
Model penulisan karya ilmiah biasanya mengikuti tata aturan tertentu, umumnya tempat publikasi karya ilmiah sudah menyediakan modelnya (biasa disebut sebagai gaya selingkung [style]). Tapi, mungkin hanya sebagian yang sampai detail memberikan arahan dalam hal penomoran subbabnya. Jika demikian, mari kita bahas.
Arifin (2008:27) menyebutkan bahwa penomoran subbab (anak bab) dan subsubbab (subanak bab) seharusnya maksimal sampai 3 level (misal: 1.1 dan 1.1.1) serta tidak lebih dari 3 level (seperti:
Contoh Penomoran dengan Sistem Digital (Arifin, 2008:27) |
Bisa kita lihat pada gambar tersebut, terdapat pola penomoran untuk level 4, 5, 6, 7, dan 8. Untuk subanak level 4, kita bisa menggunakan alfabet (a..z) yang diakhiri dengan titik. Untuk subanak level 5, kita bisa menggunakan angka yang diakhiri tutup kurung ')', dan seterusnya.
Nah, kalau kita masih butuh lagi subanak di level 9 dan seterusnya??? Pikir aja sendiri, emang subbab ente bisa sampe sedalam itu??? :p Pada intinya, aturan penomoran tersebut sejatinya memang dibuat agar pembaca tidak kebingungan dengan pelevelan nomor subbab. Bagaimana, masuk???
Ok, sekian dulu dan semoga bermanfaat. Kalaupun tidak bermanfaat buat Anda, ini masih bermanfaat buat saya, kok... :D
Referensi
Arifin, Z. 2008. Dasar Penulisan Karya Ilmiah (Ed. 4). Jakarta: Grasindo.
Sama2
BalasHapus