Cinta dan Parenting
Berbicara tentang parenting (pengasuhan anak) tidak semudah menuliskan katanya. Sudah berapa banyak buku atau artikel yang kita baca, video yang kita simak, sesi seminar yang kita ikuti, tidak menjadikan kita sebagai orang tua yang betul-betul mampu menerapkan kaidah-kaidah yang telah dipaparkan secara sempurna dan konsisten. Pada prinsipnya, pengasuhan tersebut hendaknya dilakukan dengan penuh kasih, cinta, kelemahlembutan dan menanggalkan amarah yang dengan kata lain penuh kebaikan.
Namun, Ustaz sempat menanyakan kepada ayah-bunda yang menjadi peserta seminar, "Apa saat kita menikah atau hendak memprogram hamil (memiliki anak, Red) ada syarat harus sempurna? Kan, tidak!" Oleh sebab itu, dengan ketidaksempurnaan itu, justru harus memicu kita untuk terus berusaha sebaik yang kita bisa, belajar lagi dan lagi, sampai mungkin kita menjadi hapal dengan pesan-pesan para pakar parenting tersebut.
Jika dikaitkan dengan cinta, rasanya juga tidak ada orang tua yang tak mencintai anaknya. Hanya, kadang situasi dan kondisi juga menjadi pemicu naik dan turunnya kadar kebaikan kita tadi. Jadi, pilihannya, kita mau tetap berbuat baik sebaik-baiknya atau hanya baik saja. Semua menjadi pilihan kita. Tinggal levelnya saja yang mungkin seberapa tinggi.
Untuk memudahkan kita menghindari amarah, memberikan luka pengasuhan pada anak, tambahnya, Ustaz Mulyadi menyampaikan agar anak diberikan konsekuensi logis atas tindakannya. Munculkan sebab-akibat. Buat aturan bersama anak sehingga anak juga akan mudah sadar ketika melakukan hal-hal yang terkadang memicu amarah kita sebagai orang tua. Pada akhirnya, itu akan mampu menumbuhkan kebaikan tanpa ada luka di antara anak dan orang tua.
Mulai mencinta mungkin mudah, namun menjaganya, itu tentu butuh kekuatan dan usaha yang luar biasa.
Benar begitu?
Komentar
Posting Komentar