Seri Penulisan Ilmiah: Pemosisian Gambar

Sudah menjadi hal yang lumrah ketika kita menulis sebuah tulisan ilmiah, akan ada banyak penjelasan ngalor-ngidul dalam bentuk uraian (paragraf) berdasarkan referensi ini dan itu, termasuk penjelasan dalam bentuk gambar yang biasanya digunakan untuk memudahkan pembaca dalam menangkap maksud dan tujuan dari si penulis. Dilihat dari tujuan penyertaan gambar, sepertinya tidak ada masalah. Nah, permasalahan muncul pada sisi layouting (penataletakan) gambar (this is fact, trust me :D). Penataletakan yang dimaksud adalah penataletakan gambar di seputaran uraian gambar. Masalah tersebut biasanya muncul akibat ukuran kertas yang memang terbatas (asumsikan saja ukuran kertas yang digunakan adalah A4). Apa Anda juga pernah merasakan kegalauan yang seperti itu? Kalau iya, mari coba kita bahas :)

Secara umum, gambar dalam tulisan memiliki paling tidak 3 (tiga) komponen:
  1. gambar (itself)
  2. keterangan gambar (caption)
  3. deskripsi/uraian gambar
Keterangan gambar biasanya merupakan keterangan singkat gambar atau boleh disebut judul gambar. Keterangan gambar umumnya terdiri atas term "Gambar" diikuti nomor gambar baru kemudian diikuti judul gambar. Posisinya secara umum tepat di bawah gambar yang ditampilkan seperti terlihat pada Penampakan 1.

Uraian gambar biasanya (sebaiknya) diletakkan sebelum pencantuman gambar [1] (uraian dulu baru gambar). Entah, sepertinya ada aspek psikologis atau efektivitas komunikasi yang muncul di sana, berkaitan dengan urutan peletakan uraian gambar dan gambarnya sendiri (saya belum menemukan referensinya, silakan komeng kalau Anda punya referensi).

Contoh "Keterangan Gambar"
Penampakan 1. Contoh "Keterangan Gambar" [2]
Permasalahan yang menjadi tujuan tulisan ini sebenarnya adalah "Bagaimana jika gambar yang kita sertakan memiliki ukuran yang hampir memenuhi kertas A4 yang kita gunakan?"
Kasus yang biasanya munculPada bagian atas halaman, terdapat beberapa kalimat lanjutan uraian gambar dari halaman sebelumnya. Nah, ketika kita menambahkan gambar yang ukurannya hampir memenuhi kertas tadi, biasanya akan muncul 2 (dua) opsi di sambungan-sambungan neuron (baca: pikiran) kita. Opsi pertama, kita akan mengecilkan gambar yang biasanya berimbas pada penurunan visibilitas terhadap detail gambar. Opsi kedua, kita akan membiarkan ukuran gambar apa adanya yang imbasnya pada letak gambar yang tidak lagi berada tepat di bawah uraian gambar melainkan berada di halaman selanjutnya, yang pada akhirnya akan muncul space yang sangat buesar antara uraian dan gambar. Pernah kan? Hayo ngaku!
Sebenarnya, yang perlu diperhatikan adalah bahwa gambar tidak mesti harus berada tepat di bawah uraian gambar, yang terpenting adalah letak uraian gambar paling tidak berdekatan dengan gambar [1]. Entah, barangkali uraian diikuti satu paragraf lain (bukan uraian gambar) baru dimunculkan gambarnya, dua paragraf lain, atau bahkan satu halaman lain di luar uraian gambar. Mengapa demikian? Karena setiap gambar di tulisan ilmiah biasanya harusnya sudah memiliki nomor gambar. Selain itu, uraian gambar juga pastinya menyebut nomor gambar tersebut di dalamnya. Sehingga, pembaca tidak akan bingung alias galau untuk mencocokkan antara uraian gambar dengan gambarnya sendiri karena sudah ada benang merah yang memetakannya :D Sebagai contoh, silakan lihat cara saya memberikan uraian terhadap gambar yang saya sertakan pada postingan ini dengan benang merah berupa term Penampakan 1 di atas (ya di atas sana, di atas awang-awang :p).

Dengan cara seperti itu, otomatis tidak akan ada lagi space besar di tulisan kita tanpa adanya informasi yang melekat di sana. Right? That's it...


NB: Tulisan ini didedikasikan teruntuk para (maha)siswa yang masih suka galau dalam memosisikan gambar dan uraiannya di lembar-lembar kertas laporannya.



Referensi:
[1]
Sunarya, Y. (2010). Tata Cara Penulisan Ilmiah [slide PDF]. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
[2]
Rozi, N. F. (2011). Identifikasi Jenis Hadis dengan Menggunakan Beberapa Kombinasi Metode Learning. Proyek Akhir, Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.

Komentar